Saturday, June 10, 2006

RESONANSI: H2C Alumni KIP


By Thobib Al-Asyhar

Suatu ketika, di kelas kami ada diskusi kecil sambil menunggu dosen datang. Ya, diskusi ringan tentang masa depan alumni jurusan Kajian Islam dan Psikologi (KIP) di PSTTI UI ini. Mas Faruq melontarkan pertanyaan, kalau sudah lulus nanti kita akan menjadi apa ya? Mas Rakimin (yang biasa dipanggil Rocky) menimpali, seharusnya kita bisa jadi konsultan psikologi muslim. Ya, paling tidak konsultan psikologi yang berwawasan Islam lah. Kan belum ada tuh. Bahkan kata pak Prof. Dr. Dadang Hawari, kita bisa membuka praktik terapi masalah-masalah sosial dengan pendekatan agama. Kalau ilmu agamanya kita punya, ditambah pengetahuan psikologi Barat, cukuplah bekal kita. Untuk menjadi terapis sosial keagamaan kan yang penting pengakuan dari masyarakat. Kalau kita tidak bisa jadi konsultan psikologi muslim, rugi dong kita kuliah bayar mahal! Tegas Mas Rocky agak sedikit provokatif.
Ah gak juga mas! Menurut saya, kalau jadi konsultan psikologi muslim, terlalu jauh, wong kita disini hanya diajarkan sedikit tentang teori psikologi Barat dan terapan kok. Jadi konsultan psikologi itu tidak mudah. Banyak hal yang harus kita kuasai. Jadi terlalu berlebihan lah kalau Mas Rocky berhar
ap seperti itu. Apalagi kurikulum kita masih perlu perbaikan sana-sini. Ditambah lagi, banyak dosen-dosen kita juga yang kurang gairah. Giliran masuk, sering mutu penyampaiannya tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Gimana bisa jadi konsultan psikologi Mas? Gimana pula cara mempraktikkannya jika teori psikologi terapan kita lemah? Begitu Mas Asri mengajukan pertanyaan pada mas Rocky.
Begini mas Asri, sebenarnya kan kita ini sudah memiliki basic keilmuan agama yang cukup. Kita seharusnya diberikan kurikulum oleh PSTTI yang memiliki muatan teori psikologi Barat dan terapan lebih banyak, kemudian kita kreasi dengan disiplin ilmu keislaman sendiri, gitu loch! Misalnya, pada semester satu dan dua full muatan psikologi Barat dan terapannya, dan semester tiga baru secara intensif kurikulum elaborasi dengan disiplin ilmu-ilmu keislaman. Jadi, dengan tiga semester ditambah mata kuliah tambahan dan tesis, ilmu kita sudah mulai menampakkan arahnya, sergah Mas Rocky berapi-api.
Alahhh… itukan maunya sampean Rock! Sela Mas Ghozali dengan logat Madura yang kental. Kalau menurut saya, muatan kurikulum jurusan KIP dan arah program yang belum jelas seperti ini, kita gak usah berharap banyak lah! Wong saya yang S-1 saja dari psikologi, begitu masuk di sini sampai sekarang belum menemukan formulasi yang jelas. Apalagi beberapa waktu yang lalu, pak Ramzy pernah bilang bahwa pimpinan rektorat UI ingin menghapuskan jurusan kita! Alasan orang-orang rektorat, katanya, psikologi Islam itu gak punya landasan ilmiah yang kuat, sementara bangunan teoritiknya tidak kunjung beres. Banyak ilmuan Islam yang sering mengklaim dirinya sebagai ahli psikologi Islam, ternyata, pandai berwacana psikologi Islam dalam ranah filosofis belaka dan tidak segera dituangkan dalam bangunan teori empirik yang jelas dan praktis! Kalau sudah demikian, apanya yang bisa kita harap banyak setelah lulus dari sini?
Tapi, gaswat juga tuh orang rektorat! Kayaknya orang rektorat UI kurang gaul ya? Emangnya mereka gak tahu apa? Alquran dan Hadits itu kan dapat dijadikan landasan membangun teori dan sandaran penelitian tentang manusia dalam mengembangkan psikologi Islam. Kalau selama ini belum terbangun, ya kita-kita ini lah yang nantinya akan memulainya. Susah sih, ilmuan psikologi di UI itu banyak yang sekuler! Cetus Mas nanang yang alumni filsafat dari Al-Azhar Mesir. Harusnya mereka setelah tahu banyak tentang psikologi, cobalah mereka belajar Alquran dan Hadits dong. Jangan hanya mengatakan psikologi lslam gak ilmiah! Di Timur Tengah seperti Mesir, Yordan dan lain-lain, psikologi Islam itu berkembang pesat! Kenapa di Indonesia belum berkembang, karena baru mau dibangun saja sudah dituduh gak ilmiah! Lanjut Mas nanang dengan mimik sengit.
Tapi memang kita akui antara psikologi Barat dan Islam agak sulit ditemukan titik temunya. Kalau psikologi Barat, itukan dasarnya kajian empirik atau apa adanya tanpa muatan nilai-nilai moral. Sedangkan Islam itu menitikberatkan kajiannya pada aspek penanaman nilai-nilai idealisme atau “yang seharusnya”. Itulah problem kita bersama. Sebaiknya kita gak usah menyalahkan siapa-siapa. Pihak pimpinan PSTTI sudah sedemikian rupa berusaha mencari solusi dengan segala keterbatasannya. Sementara dari pihak rektorat UI juga barangkali berdasarkan landasan berfikir yang jelas. Jadi kita sebagai mahasiswa harus memberikan masukan aktif kepada semua pihak agar cita-cita membangun disiplin Psikologi Islam yang kokoh dapat tercapai. Sahut Pak Miswardi mencoba menengahi pembicaraan.
Dan…. begitulah seterusnya diskusi bak air sungai yang gak bisa dibendung. Arah diskusipun semakin gak ada juntrungan, dan kesimpulannya pun semakin sulit diambil. Saya hanya terdiam mendengarkan diskusi temen-temen kelas yang terkenal idealis. Saya pun merenungi apa-apa yang mereka gagas. Jangan-jangan saya kuliah di jurusan KIP tidak memiliki landasan visi yang kuat! Ya, sudahlah, semoga apa yang mereka diskusikan dapat kita ambil hikmahnya. Waktu diskusipun berakhir, seiring dengan kedatangan dosen yang cukup telat, kemudian mengabsen satu persatu dan saya mendengarkan kuliahnya hingga akhirnya saya terkantuk-kantuk karena tidak menarik. Dan tibalah waktunya saya dan temen-teman kelas pulang ke rumah masing-masing dengan “bekal” sedikit dan perasaan Harap-harap Cemas (H2C)!. Wallahu a’lam bish-shawab.

6 comments:

Maz bow said...

selamat pagii... blog walking.. salam kenal... bermanfaat tulisanya..

Anonymous said...

salam....
maju terus muslim blogger


tukar2 link ya,....
makasih

azkiya said...

SEMANGADDDHH!!!! Kalau ada pepatah yang mengatakan :
"Jika kau ingin membaca sebuah buku, namun kau tidak menemukanya, maka engkaulah yang harus membuat buku itu!' So... Mari kita rintis Kelahiran Pskologi Islam di Indonesia. Secara kaffah dan menghasilkan ilmuwan-ilmuwan Psikologi Islam yang Kredibel. Apapun caranya, dan bagaimanapun jalannya, kita harus mulai dengan melangkahkan kaki dari sekarang. Perdalam ilmu Psikologi Kontemporer sampai "molotok", perdalam ayat dan hadist yang berkaitan dengan ilmu psikologi. Banyak! Kita harus yakin bahwa Alquran adalah Sumber Utama Ilmu Pengetahuan. Ilmu apapun! Termasuk Psikologi. Allah sudah menyedikan untuk kita. Tinggal kita yang menggali, membedah, dan menyelami. SINGKIRKAN KATA PESIMIS dalam kamu studi kita. Kita buktikan bahwa umat Islam akan selalu unggul. Dan kita sebagai umatnyanyalah yang harus mencerminkannya. ALLAHU AKBAR!!!

azkiya said...

SEMANGADDDHH!!!! Kalau ada pepatah yang mengatakan :
"Jika kau ingin membaca sebuah buku, namun kau tidak menemukanya, maka engkaulah yang harus membuat buku itu!' So... Mari kita rintis Kelahiran Pskologi Islam di Indonesia. Secara kaffah dan menghasilkan ilmuwan-ilmuwan Psikologi Islam yang Kredibel. Apapun caranya, dan bagaimanapun jalannya, kita harus mulai dengan melangkahkan kaki dari sekarang. Perdalam ilmu Psikologi Kontemporer sampai "molotok", perdalam ayat dan hadist yang berkaitan dengan ilmu psikologi. Banyak! Kita harus yakin bahwa Alquran adalah Sumber Utama Ilmu Pengetahuan. Ilmu apapun! Termasuk Psikologi. Allah sudah menyedikan untuk kita. Tinggal kita yang menggali, membedah, dan menyelami. SINGKIRKAN KATA PESIMIS dalam kamu studi kita. Kita buktikan bahwa umat Islam akan selalu unggul. Dan kita sebagai umatnyanyalah yang harus mencerminkannya. ALLAHU AKBAR!!!

azkiya said...

SEMANGADDDHH!!!! Kalau ada pepatah yang mengatakan :
"Jika kau ingin membaca sebuah buku, namun kau tidak menemukanya, maka engkaulah yang harus membuat buku itu!' So... Mari kita rintis Kelahiran Pskologi Islam di Indonesia. Secara kaffah dan menghasilkan ilmuwan-ilmuwan Psikologi Islam yang Kredibel. Apapun caranya, dan bagaimanapun jalannya, kita harus mulai dengan melangkahkan kaki dari sekarang. Perdalam ilmu Psikologi Kontemporer sampai "molotok", perdalam ayat dan hadist yang berkaitan dengan ilmu psikologi. Banyak! Kita harus yakin bahwa Alquran adalah Sumber Utama Ilmu Pengetahuan. Ilmu apapun! Termasuk Psikologi. Allah sudah menyedikan untuk kita. Tinggal kita yang menggali, membedah, dan menyelami. SINGKIRKAN KATA PESIMIS dalam kamu studi kita. Kita buktikan bahwa umat Islam akan selalu unggul. Dan kita sebagai umatnyanyalah yang harus mencerminkannya. ALLAHU AKBAR!!!

ANJAR RAMDHANA said...

Libatkan semua elemen masyarakat muslim, khususnya yang bergerak di bidang pendidikan Islam, Budaya Islam, Filsat Islam dan ahli tafsir.
Suatu bidang ilmu dibangun dari penelitian empirik dan memiliki nilai manfaat bagi kehidupan praktis. Dua hal ini yang harus diupayakan dan terus dikembangkan.